untuk
berinteraksi secara efektif dengan orang lain, kita perlu tahu bagaimana
perasaan mereka dan kapan mereka bisa dipercaya. Tetapi untuk memahami orang
dengan cukup baik untuk memprediksi Perilaku masa depan mereka, kita juga harus
mengidentifikasi karakteristik stabil-disposisi batin mereka seperti
sifat-sifat kepribadian, sikap, dan kemampuan.
Karena kita tidak dapat benar-benar melihat posisi-posisi ini, kita menyimpulkannya secara tidak langsung dari apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang. Pada bagian ini kita melihat proses yang membuat kita membuat sebuah kesimpulan ini.
Karena kita tidak dapat benar-benar melihat posisi-posisi ini, kita menyimpulkannya secara tidak langsung dari apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang. Pada bagian ini kita melihat proses yang membuat kita membuat sebuah kesimpulan ini.
Sejarah Pencetus Teori Atribusi
Teori
atribusi pertama kali dikemukakan oleh Fritz Heider (1958) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Edward Jones dan Keith Davis (1965), Harold
Kelley (1967, 1972), dan Bernard
Weiner (1974).
Definisi Teori Atribusi
menurut
Robert A. Baron dan Donn Byrne, yang dimaksud dengan atribusi adalah proses
menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada
perilakunya yang tampak. Adapun pengertian atribusi menurut tokoh yang lain
sebagai berikut:
1. Fritz Heider (1958)
Fritz
Heider adalah salah satu ahli psikologi yang pertama kali mendefinisikan
istilah atribusi. Terdapat dua pengertian atribusi menurut Heider, yaitu
atribusi sebagai proses persepsi dan atribusi sebagai penilaian kausalitas.
a. Atribusi sebagai proses persepsi
Menurut
Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider
berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan
pengalaman subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai
obyek tersebut direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat
dari pengalaman perseptual. Sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan
sebuah obyek, maka mereka akan menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam
pikiran mereka.
b. Atribusi sebagai penilaian kausalitas
Ketertarikan
Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi
selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan
dan membuat penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi
sebagai penilaian kausalitas yang menekankan pada penyebab orang berperilaku
tertentu.
Terdapat
dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal.
Yang dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi
yang merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada
perilaku manusia yang memiliki tujuan. Sedangkan, atribusi impersonal adalah
penyebab diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak
melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial, orang
akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku.
2. Edward E. Jones (1965)
Edward
E. Jones adalah salah seorang peneliti yang tertarik pada suatu penilaian yang
terkadang diberikan oleh seseorang ketika mereka mengamati perilaku orang lain.
Inferensi yang dibuat umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil
seperti sifat, sikap, dan nilai. Misalnya, kita melihat orang bertato dan
bertampang seram dan kemudian kita langsung menyimpulkan bahwa orang tersebut
adalah preman. Kita lebih suka membuat atribusi disposisi walaupun perilaku
dalam situasi tertentu tidak menjamin simpulan yang dihasilkan.
3. Para ahli psikologi sosial
Para
ahli psikologi sosial menyatakan bahwa responsibility attributions dan blame
attributions merupakan penilaian yang bersifat moral. Ketika keluaran atau
hasil negatif terjadi maka orang akan mencoba untuk menemukan siapa yang
bertanggung jawab terhadap keluaran tersebut dan siapa yang harus disalahkan.
Kerapkali, responsibility attributions berhubungan langsung dengan
atribusi kausalitas namun kadangkala lebih kompleks. Responsibility
attributions didasarkan pada kausalitas dan apa yang seharusnya dilakukan
oleh seseorang.
Itulah
beberapa pengertian atribusi yang diungkapkan oleh para ahli. Dengan demikian,
pada umumnya yang dimaksud dengan atribusi adalah berbagai inferensi atau
simpulan yang digambarkan oleh manusia mengenai penyebab terjadinya sesuatu
atau perilaku orang lain dan perilaku dirinya sendiri.
Asumsi Dasar
Pada
umumnya, teori atribusi menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan
berbagai kejadian dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran dan
perilaku mereka. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk
menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan. Orang akan berusaha
untuk memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu dan memberikan penyebab
bagi perilaku.
Terkait
dengan hal ini, Heider menyatakan bahwa orang dapat membuat dua atribusi yaitu
atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal adalah inferensi
yang dibuat oleh seseorang tentang sikap, karakter, atau pribadi seseorang.
Sementara itu, atribusi eksternal adalah inferensi yang dibuat seseorang
terakit dengan situasi dimana ia berada.
Teori-teori Atribusi
Berikut beberapa macam teori
atribusi yang dirumuskan oleh beberapa ahli, diantaranya yaitu :
1.
Teori inferensi koresponden Jones
Menurut Edward jones dan Keith Davies (1965)
kita masing-masing mencoba memahami orang lain dengan mengamati dan
menganalisis perilaku mereka. Teori inferensi koresponden Jones
dan Davis memprediksi bahwa orang-orang mencoba untuk menyimpulkan dan
bertindak apakah tindakan tersebut sesuai dengan sifat pribadi abadi dari actor
tersebut. Apakah orang yang melakukan tindakan agresi binatang buas? apakah
orang yang menyumbangkan uang untuk amal dan altruis? untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
semacam ini orang membuat kesimpulan berdasarkan tiga factor.
Faktor
pertama adalah tingkat perilaku pilihan seseorang, yang dipilih secara bebas
lebih informative tentang seseorang daripada perilaku yang dipaksakan. faktor
kedua yang membuat kita membuat kesimpulan disposisi adalah harapan perilaku. Faktor
ketiga Perceivers sosial memperhitungkan efek atau konsekuensi yang dimaksudkan
dari Perilaku seseorang.
2.
Teori Atribusi Fritz Heider
Fritz
Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori
belajar dari pendekatan behaviorisme, teori-teori memori dan teori-teori
psikoanalisis mendominasi ranah psikologi akademis. Teori-teori tersebut jarang
sekali digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Sebaliknya, melalui teori
atribusinya, Heider mencoba untuk menekankan bahwa mempelajari atribusi
sangatlah penting karena atribusi memberikan pengaruh pada apa yang dirasakan
dan apa yang dilakukan oleh manusia.
Heider
juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya
pada bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain.
Menurutnya, impresi atau kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu
pengamatan perilaku, menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan
mengelempokkan perilaku ke dalam perilaku yang termotivasi secara internal atau
eksternal.
NAMA : AL RIKAT FATHAN MUBINA
KELAS : 1BA05
NPM : 21928016